V a n i a B e r l i a n a
Transparent Sexy Pink Heart

Dan Kaulah Obatnya
Thursday, 3 July 2014

Hai, bagaimana liburan kenaikan kelasmu? Biasanya kau sibuk, apa liburan ini membuatmu merasa lebih baik? Apa kini kamu memiliki waktu luang? Apa ada sedikit saja dari waktu luangmu itu yang kau habiskan untuk memikirkanku? Ah, aku mulai kelewatan lagi.
Malam ini ada yang ingin kusampaikan kepadamu. 1 kabar buruk dan 1 kabar baik. Apa kau sudah siap mendengarnya?
Baiklah, aku akan mulai dari kabar buruk ya, supaya kabar baiknya nanti bisa sedikit menghiburmu.
Begini, karena hubungan kita tak kunjung mencapai tahap apa-apa, aku sudah mencoba untuk move on. Kupikir liburan ini adalah waktu terbaik untuk aku melupakanmu, aku tak perlu bertemu denganmu, aku tak perlu mendengar suaramu, aku tak perlu tahu kabar apapun tentangmu. Bukankah rencana itu terdengar sempurna? Tapi ya orang bilang jarak antara setia dan bodoh itu beda tipis. Setelah semua yang aku lewati ini, hatiku masih saja tetap untukmu. Ya, aku mungkin memang bodoh karena masih tetap saja setia. Itu membuktikan sesuatu. Ternyata, kau tak perlu bertemu dengan orang itu setiap hari untuk jatuh cinta. Apakah kabar ini lebih buruk dari yang kau bayangkan? Jika iya, maafkan aku ya yang selalu bandel ingin mencintaimu.
Tapi tenang saja, aku juga mempunyai kabar baik. Meski aku mencintaimu, aku sudah berhenti menunjukkannya..
Aku berhenti mendekatimu, aku mengurangi memperhatikanmu, dan perlahan aku bahkan mencoba benar-benar tidak peduli lagi padamu. Bagaimana? Apakah kabar baik ini sudah setara dengan kabar buruknnya?
Sekali lagi maafkan aku ya, entah kau menganggapnya bagaimana, tapi menurutku dicintai aku itu nantinya akan merepotkan. Aku bisa sangat setia sampai-sampai kau mungkin merasa jenuh. Atau aku bisa mengirimimu puisi setiap hari sampai kau muak. Bahkan aku bisa membenci orang yang menyakitimu. Sangat merepotkan bukan? Maka itu jangan berani mencintaiku balik, atau kau akan merasakan semua itu.
Jadi apa kau sekarang mengerti? Aku pergi karena tidak ingin membuatmu repot. Aku pergi bukan ingin dicari, aku lari bukan ingin dikejar, tapi karena kau lebih baik sendiri daripada terbebani.
Aku tahu kita berbeda dalam banyak hal, aku yang pendiam, dan kamu yang kelewat ramah. Maka itu berkenalan denganmu ternyata bukan hal yang mudah.
Kamu selalu dikelilingi oleh teman-temanmu dan orang yang peduli padamu. Lalu bagaimana aku yang pendiam ini bisa memulai obrolan denganmu? Belum lagi aku belum bisa berkompromi dengan hatiku agar jangan berdebar terlalu keras saat berada di dekatmu.
Mereka bilang kalau kita tertarik dengan seseorang, rasa itu hanya akan bertahan paling lama 4 bulan. Ditambah lagi jika tanpa komunikasi, rasa itu akan mudah hilang dengan sendirinya.
Untukku 4 bulan adalah waktu yang sekejap, aku sudah lebih dari itu. Jadi benar kan semua perasaan aneh ini karena aku memang positif terjangkit penyakit jatuh cinta?
Hei kamu, percayalah. Ada yang diam-diam memperhatikanmu. Ada yang mengharap disapa olehmu. Ada yang selalu merekam senyummu dalam otaknya. Ada yang setiap malam tertidur larut hanya untuk memastikan kau tetap baik-baik saja. Ada hati yang berdebar tiap kali kau sebut namanya. Ada yang memilih menunduk untuk menyembunyikan rona di wajahnya tiap kali jarakmu dengannya tidak lebih dari sejengkal. Ada yang lututnya melemas dan tangannya berubah dingin ketika kau bahkan hanya mengajaknya mengobrol. Ada yang hatinya resah tiap kali kau menghilang dari pandangannya. Ada yang tak pernah berhenti mendoakanmu, bahkan mungkin jika kamu sendiri sedang mendoakan orang lain. Dan kini ia baru saja tahu, ia baru saja menyadari, bahwa semua itu adalah dampak dari penyakitnya. Penyakit yang hanya kau yang bisa menyembuhkannya. Penyakit yang bahaya nya terasa menyenangkan. Penyakit jatuh cinta. [bersambung ke judul]