Dear Tuhan,
Maaf tuhan, boleh ganggu sebentar? Sengaja kupilih hari minggu, karena barangkali tuhan bisa minum teh dan duduk dikursi goyang sambil membaca suratku. Tuhan senang kan menerima surat? Seperti aku yang melonjak kecil ketika sesuatu berbentuk persegi menyembul dibalik kotak posku.
Tuhan, hari ini aku tidak kesiangan loh datang ke sekolah minggu. Aku bahkan tidak marah-marah seperti biasa jika dibangunkan. Bagaimana tuhan, apakah sekarang aku sudah layak disebut anak baik?
Tuhan, kau tahu tidak, seseorang pernah berkata "sesuatu yang tak terlihat justru keindahan sejati" aku langsung mengingat kau! Bahkan ketika seseorang bertanya "siapa penyelamat terbesar dalam hidupmu?" aku mengingat kau lagi! Apakah kau pernah mengingatku tuhan? Ah, sepertinya aku mulai lancang.
Tuhan, malam ini aku rindu. Maka kutuliskan surat ini untukmu.
Aku rindu. Bukan karena aku sedih, sebab sedihku telah kau lebur menjadi debu
Aku rindu. Bukan karena sedang bahagia, sebab bahagiaku telah kau cipta begitu besar
Aku rindu, tidak tahu mengapa. hanya rasa, tanpa karena.
Ya, mungkin seperti itu. Aku punya kau, Tuhan. Makanya aku rindu.
Kau yang lembut, melindungiku seperti selimut.
Kau yang lucu, menghiburku layaknya badut.
Kau yang tak pernah menuntut. Walau kadang aku takut.
Tuhan, kalau aku belum layak menjadi anakMu, tolong ya sebut saja aku pengagum. Walau mungkin kaum pemujamu telah mencapai maksimum. Sebab aku terlalu kagum, sampai hati berdentum-dentum. Semoga tuhan bisa maklum. Oh ya, meski tidak umum, kau tahu tidak, aku sering membayangkanmu tersenyum! pada hal-hal kecil sekalipun. Semoga yang kali ini karena membaca suratku ya.