V a n i a B e r l i a n a
Transparent Sexy Pink Heart

Bergelilit Mengelilit
Saturday, 14 May 2011

Terkadang aku mengharapkan sesuatu yang mustahil, berangan-angan peri atau bidadari surgawi menghampiri, menanyakan apa yang ku ingini, kemudian bersedia memberi..

Aku duduk manis dibawah temaramnya rembulan, pandanganku melayang-layang, tak tahu sebuah perhentian berada dimana. Aku hanyalah seorang gadis kecil yang belum mengerti apa yang Tuhan rencanakan untuk hidupku. Aku rentan. rapuh. dan bercela. Aku bahkan tak mengerti untuk apa aku hidup di dunia. Aku hanya ingin berguna sebagai orang yang datang membawa serbuk-serbuk cinta dan menjadikan semua manusia berhati mulia.
Taukah kau berapa waktu yang diperlukan Tuhan untuk mengubah nasib manusia? Satu detik! Ya, satu detik! Tuhan begitu cepat, pesat, tak terlihat, layaknya kilat.
Suatu saat aku pernah merasa sangat bahagia, aku merasa ada, aku berguna.
Tetapi segalanya itu tak berlangsung lama, lenyap begitu saja, aku terluka.
Matahari enggan tersenyum lagi padaku. Lembayung senjanya tak lagi menentramkan hatiku. Bahkan fajarnya tak jua mau membangunkanku.
Mengapa ketika gurau canda menumbuhkan bunga, semuanya sungguh terasa begitu cepat berlalu? Apakah tidak bisa aku menghentikan waktu atau memperlambatnya ketika aku sedang tertawa bukannya tersedu?
Dan mengapa malapetaka sungguh terasa lambat beranjak dari tempatnya bertedu?
Semua orang yang menjadikanku tempat mengadu takjub padaku, mereka kira aku adalah orang yang tegar dan patut ditiru, aku hanya terkekeh mendengarnya. Tak ada jawaban yang ku lontarkan. Aku hanya tersenyum. Tentu saja senyum getir. Aku harap mereka tak menangkap rona kegetiran di dalamnya.
Pura-pura. Yah, itulah topeng yang saat ini bertengger di wajahku. Aku berharap mereka tak mencurigai pengait dibelakang topengku. Wajahku sesungguhnya adalah sendu bukan guraian merdu.
Aku senang dapat membuat mereka riang. Aku bangga mereka menyukai caraku berfilosofi. Dan aku bahagia ketika mereka menyanjungkan pujian bahwa aku adalah orang yang dapat menyingkirkan mendung jauh-jauh dari sini.
Aku termenung. Sedikit bingung.
Aku selalu dapat menghibur, tetapi pertanyaanku, mengapa aku sendiri tak bisa begitu?
Aku pernah merasakan begitu perihnya goresan sembilu sebuah pisau. Tajam sekali. Bahkan liurpun tak dapat mengurangi pedihnya. Aku pernah merasa sendirian. Dikhianati seorang sahabat. Kehilangan orang yang aku sayang. Ditindas oleh orang yang lebih berwenang. Dan segala tetek bengek yang tidak bisa aku ceritakan. Tetapi itu tak menghilangkan iman. Aku percaya akan keajaiban. Aku adalah anak Tuhan. yang akan selalu berusaha mengukir kepastian. Aku percaya kebahagiaan sebenarnya selalu berada disekelilingku, mereka selalu mendampingiku, namun untuk mendapatkannya, aku harus berjuang. Ya, berjuang. Dengan cara melawan kesedihan yang terlebih dahulu berada didepannya. Menghalanginya.

BADAI PASTI BERLALU
MENINGGALKAN TEMPAT YANG IA KIRA TELAH BERHASIL IA LULUH LANTAHKAN
IA TAK MENGERTI BAHWA ADA SUATU TEMPAT TERSEMBUNYI
YAITU LORONG PENUH CINTA YANG MENYEMBUHKAN LARA HATI

ANGIN BERDESIR MEMBELAIKU
POHON-POHON PUN IKUT-IKUT MENARI UNTUKKU
AWAN MENGUKIR WAJAHKU DI SINGGASANANYA YANG SYAHDU
BINTANG BERCAHAYA EMAS SEAKAN BERBAHAGIA ATAS ITU
BULAN TAK LAGI MURAM MENATAPKU
SANG MENTARIPUN TAK KIKIR MEMBIASKAN CAHAYA PELANGI KEARAHKU
ALAM GEGAP GEMPITA MENYAMBUT KEBAHAGIAANKU
KESEDIHAN TAK ADA APA-APANYA LAGI KETIKA ITU..

Terkadang aku melenyapkan angan-angan, peri, maupun bidadari. Ku simpan baik-baik mereka dalam relung hati bukan dalam pikiran lagi..aku tak bisa lagi duduk diam dan mengharapkan segala sesuatu yang baik selalu menghampiri..tetapi aku bisa kerap mengikuti kata hati dan berjuang agar dapat sampai menuju keindahan abadi..