V a n i a B e r l i a n a
Transparent Sexy Pink Heart

Aku,Boneka Darumaku,dan Orang Pemberi Boneka itu
Tuesday, 29 March 2011

Pagi-pagi buta. Aku terbangun dari tidur lelapku, mamaku membuka tirai jendela kamarku, sinar mataharipun tak lupa menerpa wajah putihku.
Hari ini mamaku terlihat lebih uring-uringan. Aku tak tau sebabnya.
Ketika aku sarapan, mamaku menyuruh pembantuku membersihkan gudang rumahku yang tergolong cukup besar. Ketika masa pembersihan, aku menghampiri gudang itu, dan kulihat barang-barang masa lampauku berserakan menunggu giliran dibersihkan oleh pembantuku. Disitu ada satu barang yang sangat menarik mataku, sampai-sampai aku melotot melihatnya. Sebenarnya aku tak merasa mengenal benda itu, bahkan namanya. Seakan ada yang hilang dari ingatanku tentang benda itu. Tetapi entah mengapa, perasaanku begitu bersikeras mengenal benda itu. Aku menyerah. Kuturuti kata hatiku yang tak pernah berbohong. Ku ambil boneka itu dengan sejuta tanda tanya, membawanya ke kamarku.
hmm..ini dari siapa ya?? dan apa nama boneka ini? aku terus berpikir hingga suatu jawaban melenggang masuk dalam pikiranku. Yeah, itu darinya. Dari seseorang yang pernah menggetarkan hidupku. Dan nama boneka ini adalah..ng..ngg..nggg..daruma! yeah boneka daruma.
Dulu boneka ini pernah jadi benda kesayanganku. Benda yang selalu membuat aku tersenyum mengingat perjalanan cintaku.
Akupun mulai mengumpulkan kepingan-kepingan puzzle kisah itu. Dan akhirnya sampai di bagian akhir cerita..saat dia pergi tanpa kabar. Meninggalkanku, sepi. sendiri. sunyi.
Boneka itu memiliki suatu ruangan di bagian belakang tubuhnya. Ruangan itu dapat diisi kertas-kertas atau benda apapun dengan volume kecil.
Kini ruangan itu terkunci. Dan kuncinya entah berada dimana.
Sejenak, aku menghampiri pembantuku dan memintanya mencari kunci daruma itu.
3 jam aku menunggu. Dan hasil akhirnya adalah nihil.
Pembantuku gagal menemukan kunci itu. Ya, ini sebenarnya adalah dugaanku sejak awal. Tak mungkin kunci daruma itu dapat ditemukan setelah hilang bertahun-tahun lamanya.
Aku hanya bisa memandangi boneka daruma itu dengan perasaan kecewa.
Aku ingin sekali membuka ruangan pada boneka daruma itu. Rasanya ada sesuatu.
Setelah agak lama aku memandangi boneka itu, kutemukan kembali ruangan lain yang sangat kecil. Ukurannya hanya selebar ukuran tempat memasukan uang pada celengan umumnya, bahkan lebih kecil lagi. Untuk mengetahui ruangan ini, diperlukan mata yang sangat tajam bak kucing garong mengincar mangsa..(hhaha,,garing ya?)
Berbeda dengan ruangan tadi, ruangan ini cukup simpel dan tidak memerlukan kunci. Ruangan ini terletak di bawah lonceng boneka daruma.
Di situ kulihat selembar kertas usang tersangkut. Hampir masuk, untung tidak.
Aku membacanya. Perlahan. Agak susah memang, karena kucel sekali. Berikut jabaran dari tulisan tersebut:
Aku selalu ada walau tak terlihat
Aku adalah rembulan, terjal
Tetapi kau selalu membuatnya tampak indah
Walau kau tak bisa membuatnya menjadi landai..

Mungkin kau gelisah membaca suratku ini,
Tak ada pemandangan surga
Tak ada bunga mekar
Tak ada kupu-kupu menari
Tak ada pelangi menghiasi

Satu hal yang pasti
Kau indah, bercahaya
Dan ku yakin, kau bisa menggantikan semua yang fana

Jangan mencari kunci dari boneka ini
Karena sia-sialah yang hanya kau dapat
Kuncinya ada padaku
Dan akan terus begitu
Hingga tiba waktunya kita membukanya,
Berdua,
Ya, berdua
Hanya kau dan aku


Aku bergetar seusai membaca surat itu. Apa maksutnya?
Aku tak bisa memahami maksut dari tulisan itu. Walau berkali-kali ku coba menerka dan membacanya sekali lagi. lagi. dan lagi. Lelah. Sia-sia.
Ku putuskan untuk menyimpan kertas usang itu yang tulisannya meluntur dan dipenuhi debu. Aku menunggumu. Walau seandainya penantianku ini takkan berujungpun, aku tak peduli.